Penat 9 jam penerbangan Saudi Airline pun tak lagi kurasa saat menginjakkan kaki di bumi tanah air tercinta, Bandara Internasional Soekarno Hatta – Jakarta. Semangat melangkah menuju line cek kedatangan imigrasi.
1. Begitu tiba di mulut antrian, seorang petugas menyapa dengan senyuman sambil memeriksa pasporku, … sementara lainnya langsung menuju antrian.
" Mau saya bantu, Bu…?" sapanya.
*Terimakasih Pak, tidak perlu* jawabku.
Apanya ya yang akan "dibantu" wong tinggal lewat cek control imigrasi, finger print, cap paspor … selesai ! begitu kan prosedurnya. Antrian pun masih pendek… (dalam hati).
2. Akupun segera menempatkan diri dalam antrian sekira 4 orang di depanku. Tiba-tiba seorang petugas bandara lainnya mendekatiku sambil menawarkan bantuannya. Hmm ramah betul petugas di sini pada menawarkan "bantuan".
"Bu, mau saya bantu ..?" sapanya sambil minta lihat paspor ku.
.Penasaran dengan "tawaran bantuan seperti petugas pertama tadi" aku pun menanggapinya.
"Bantuan bagaimana Pak, bisa diperjelas?" kataku.
"Saya bantu, biar Ibu enggak perlu mengantri, paspor langsung di cap". Lanjutnya.
Dengan geram kutatap langsung eye to eye di balik cadarku :
"Sabarahaeun … !" [ bahasa sunda = berapa? (ongkos) ] tegasku.
"Tilu ratus rebu aja Bu …" (=
Rp. 300.000,-) katanya.
Makin "ngeh-lah" lah daku.
"Ini yang Bapak tawarkan sebagai "bantuan"? Teu baleg syia .. Bapak .. !
Saya oge pengalaman ngetem didieui, jadi tukang "gaet" (baca "guide" of tour/tourist}.
Teganya Bapak sama sodara sendiri setanah air dipalak.
Saya tahu proses ini tanpa dipungut biaya … apapun !
Seketika "si Bapak Palak" ngeloyor pergiiiii …. banter nemen goli ngeleyosss.
Beberapa orang memperhatikan pembicaraan kami. Sengaja pada kalimat terakhir kuucap dengan nada keras. Udah nggak tahan geramnyaaaa … aarrggghhh.
Selesailah proses cek, finger print n cap paspor, singkat saja. Petugas hanya memintaku membuka cadar (menyingkap sekejap) untuk memastikan wajahku sama dengan foto di paspor.
3. Sudah selesai ? Belum ! Masih ada "rayuan berikutnya".
Yeeaaah … masih ada petugas lainnya yang duduk sendirian di kursi dengan meja kecil, Tugasnya … ? Lihat saja. Sementara orang2 bergegas melewatinya menuju tempat pengambilan bagasi. E e e eeee lha kok lagi2 saya dicegat, diminta lihat paspornya. Diajak "ngobrol", Gini :
"O Ibu dari P****o ? Sama, saya juga." Kata si Bapak petugas.
"Puraketa-nya belah mana Pak?" jawabku.
"Bukan di kotanya-nya si Bu. Saya di Gombong-nya" katanya
"O Gombong belah mana? Kenal nggak sama Pak Agus, tukang potong ayam mangkal di Pasar Kemit? Kenal tidak sama boss Grafika, Pak" cerocosku.
Pasar Kemit dan Grafika, nama yang cukup terkenal di Gombong. Buat ngetes dia, ternyata gak respon, Mungkin dia hanya sengaja mengulur waktu … yang ujung2nyaaaa (??) .Masa gitu ???
Ya Rabb jauhkan diri ini dari sangkaan buruk.
Beberapa orang sudah berlalu melewatiku dengan bebasnya.
"Pak, gageyan nyong sudah pegel, diperiksa terus faspornya. Orang lain enggak. Tuh lainnya lewat gitu aja" .. kataku sambil nunjuk beberapa orang yang lewat bebas tanpa diperiksa lagi paspornya layaknya diriku.
"O iya Bu, silakan … " katanya buru-buru sambil menyerahkan fasporku.
Banyak lainnya yang tidak "didekati" petugas layaknya saya.
Apakah karena cadar yang kukenakan? Hingga menarik perhatian "keramahan" petugas?
Astaghfirullah .. Daku ngeromed sendiri sambil jalan cepat kearah pengambilan bagasi.
Bagusnya ane pakai cadar,
Coba kalo enggak … bibirku yang menyat-menyot ngedumel pasti kelihatan jueleek banget …
aseli wkwkwk… !
Senangnya menginjakkan kaki di Bumi Pertiwi …
Tanah negeri yang kaya makmur …
Dan warganya yang sopan santun ramah adat ketimuran ….
Dengan menawarkan "bantuan" #?!?!?!
Adakah yang punya pengalaman di bandara ini? Yuk sharing insyaAllah bermanfaat.
Semoga ada pelajaran baik yang dapat kita petik. Semoga Allah Azza wa Jalla selalu melimpahkan hidayah dan petunjuk kepada kita semua.
Mysweet Ladyluck
True story, pengalaman pribadi @Soekarno Hatta International Airport, Jakarta.